Minyak dan BLT

Krisis energi seharusnya sudah diwaspadai oleh kita semua sejak era 1990. Namun kita terlena dengan melambungnya harga minyak dunia yang menjadikan kita sebagai salah satu negara yang mendapatkan keuntungan.
Minyak bumi sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui memang perlu dihemat, apalagi saat ini masyarakat belum akrab dengan energi alternatif (atau belum dikenalkan dengan energi alternatif, seperti pada tulisan sebelumnya). Andaikan kita tidak dapat menghemat minyak bumi kita, maka cucu kita hanya akan mendapat cerita bahwa “dulu, Indonesia kaya akan minyak”, atau “dulu negara kita gemah ripah loh jinawi” atau “dulu negara kita bermandikan minyak”. Apa mau dikata… itu dulu…
Nasib orang siapa yang tahu??? Indonesia saat ini sungguh dalam keadaan yang terpuruk dalam kondisi yang (menurut saya) sangat mengkhawatirkan. Betapa tidak???? Pertama: Banyak negara-negara asing yang mengeksploitasi minyak kita, mengapa kita sendiri tidak dapat mengeksploitasinya? Mungkin tenaga kita tidak dapat mengeksploitasinya. Andaikan tenaga kerja kita belum bisa mengeksploitasi minyak, kita sebenarnya bisa mendidik tunas-tunas bangsa untuk mempelajarinya. Lebih baik Indonesia mengeluarkan beberapa ratus ribu dollar tetapi mendatangkan keuntungan yang luar biasa di belakang hari. Karena negara kita belum mempunyai tenaga dan teknologi pengolahan minyak, maka pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam kita banyak tergantung pada asing.
Kedua: Menipisnya cadangan minyak memaksa pemerintah dan masyarakat untuk berpikir ulang tentang energi alternatif. Namun demikian masyarakat kita sudah terlena dengan kenyamanan energi minyak bumi. Sebagian besar masyarakat belum mengenal terbiasa apalagi terbiasa dengan energi yang bersumber dari air, angin, matahari, maupun sumber daya hayati yang dapat diperbaharui. Mengubah budaya yang ada di masyarakat merupakan pekerjaan berat yang harus dilakukan.
Ketiga: naiknya harga minyak dunia, membawa kita ke arah krisis kepercayaan dan krisis moral yang luar biasa hebat. Pemerintah dengan rencana menaikkan harga minyak dunia harus siap menghadapi “hujatan” dari masyarakat. Masyarakat merasakan bahwa dengan naiknya harga minyak semakin membuat rakyat menderita. Sebelum harga minyak naik, harga-harga kebutuhan pokok sudah mendahului naik. Ini menambah beban ekonomi masyarakat semakin terpuruk. Masyarakat beranggapan bahwa tujuan pemerintah menaikkan harga minyak adalah untuk mengamankan APBN. Namun anggapan masyarakat ini dibantah oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam wawancara di salah satu stasiun Televisi ANTV tanggal 18 Mei 2008. Filosofi kenaikan harga minyak ini menurut pemerintah adalah demi keadilan pada masyarakat. Dalam wawancara tersebut, Ia menjelaskan bahwa andai harga minyak tidak dinaikkan maka orang kaya yang akan menikmati subsidi yang paling banyak, karena orang kaya menggunakan bahan bakar yang paling banyak. Uang yang sedianya hendak digunakan untuk subsidi minyak, digunakan untuk Bantuan Langsung Tunai. Yang berarti pemerintah bagi-bagi duit pada masyarakat.
Banyak masyarakat yang menyangsikan BLT yang akan diterapkan oleh pemerintah tepat sasaran dan tepat jumlahnya. Kesangsian masyarakat muncul karena pengalaman BLT beberapa tahun yang lalu. Banyak anggota masyarakat yang tidak menerima bantuan tersebut. Hal ini justru menimbulkan kecurigaan dan kecemburuan sosial masyarakat. Media massa memberitakan bahwa pemerintah menggunakan data-data yang lama. Ini sangat ironis. Pemerintah yang mempunyai departemen komunikasi dan informasi dan juga BPS tidak dapat memperbaharui data dengan segera.
Ekonomi masyarakat juga akan semakin berat. BLT yang seharusnya meringankan beban ekonomi rakyat justru membawa ekonomi masyarakat terpuruk. Dengan uang Rp 100.000 yang diterima oleh masyarakat, masyarakat tidak dapat membelanjakannya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Pada saat ini harga-harga sembako sudah naik, dan diduga pada saat BLT dibagikan, harga-harga akan semakin naik. Tentu saja uang Rp 100.000/bulan tidak dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Bayangkan saja, harga beras naik, ikan asin naik, gula naik, sayur mayur naik, angkutan umum naik, dan semua barang yang ada di pasar naik. Ini hal yang sangat mengerikan.
Kompas, tanggal 16 Mei 22008 menuliskan bahwa karyawan yang bergaji sampai dengan Rp 4.000.000 sangat berat menanggung hidupnya karena uang sejumlah tersebut pas-pasan untuk mencukupi hidupnya. Bahkan di Tegal ada orang tua yang mengajak anaknya untuk bunuh diri karena himpitan ekonomi. Ini dua kondisi yang menggambarkan bahwa kenaikan harga BBM menyengsarakan rakyat saat ini.
Gelombang demonstrasi mahasiswa atas rencana pemerintah menggelora di mana-mana. Bahkan banyak demonstrasi yang harus berakhir bentrok dengan aparat pemerintah (polisi). Ini menciptakan ketegangan horisontal. Sekali lagi rakyat marginal menjadi serba salah. Walaupun Bapak Wakil Presiden menyatakan bahwa Pemerintah tidak takut dengan demonstrasi, tetapi perlu dipikirkan lagi bahwa rencana kebijakan tersebut dirasakan tidak menguntungkan rakyat kecil. Pertanyaannya adalah Apakah kenaikan harga BBM ini merupakan satu-satunya cara yang segera harus dilakukan oleh pemerintah?
Beberapa penjelasan di atas menggambarkan bahwa rakyat mulai hilang kepercayaannya terhadap pemerintah. Ada baiknya pemerintah tidak “nggugu karepe dhewe”, mau mendengarkan suara orang-orang kecil. Bagaimanapun pemerintah adalah orang yang berwenang memberikan perintah karena adanya delegasi wewenang dari rakyat. Masyarakat pada saat pemilu menaruh harapan dan kepercayaan bahwa pemerintah akan memberikan rasa damai, aman dan sejahtera kepada masyarakat Indonesia. Pemerintah perlu menyiapkan alih teknologi dari berbasis minyak ke berbasis alam.
Keempat: Jumlah penduduk miskin bertambah. Dengan meningkatnya harga-harga kebutuhan hidup tidak menutup kemungkinan bahwa mereka akan semakin sulit mendapatkan kebutuhan hidupnya. Bahkan ada sebagian masyarakat yang harus turun strata sosialnya karena ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan paparan di atas, saya mengusulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemerintah harus menelusuri uang negara yang sudah dikeluarkan dari kantong. Penggunaannya harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral.
2. Usut tuntas para koruptor dan uangnya digunakan untuk mensubsidi masyarakat.
3. Jangan BLT tetapi buat program yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Bedakan harga bensin untuk mobil dan untuk sepeda motor. Apabila orang membeli bensin untuk mobil maka harganya dua kali lipat (misalnya), sementara orang yang menggunakan sepeda motor dapat membeli bahan bakar dengan harga tetap. Khusus untuk angkutan umum harga tidak dinaikkan, mengingat ini adalah public service.
5. Adakan operasi-operasi pasar untuk bahan pokok yang harganya cukup tinggi.
6. Petani-petani diajak untuk kembali ke alam. Pupuk maupun pestisida yang digunakan berasal dari alam, bukan kimia. Bangun kembali lumbung-lumbung desa, Lumbung RW, lumbung RT dan lumbung keluarga yang saat ini sudah tidak ada lagi, sebagai cadangan pangan rakyat.
7. Keseimbangan dan harmonisasi alam perlu dijaga. Para perambah hutan dibatasi agar hutan tetap lestari dan dapat dijadikan sebagai objek wisata alam yang dapat meningkatkan devisa negara.
8. Garap industri kelautan kita. Selama ini Laut yang merupakan bagian terbesar dari wilayah Indonesia belum diolah secara optimal.
9. Gerakkan lagi semangat gotong royong yang sudah mulai luntur.
10. Jangan lupa semangat NASIONALISME dibangun kembali. Sekarang banyak masyarakat yang sudah individualis, lebih mementingkan diri sendiri.

Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara?

2 Responses

  1. sistem kita yang penting harus bersifat transparasi, apalagi yang bersifat urgent bagi masyarakat. Agar masyarakat tidak bertanya-tanya dalam hati

  2. Memang perlu ada sistem yang menjamin transparansi pengelolaan negara sejauh tidak melanggar Rahasia Negara.

Leave a comment